Tuesday, January 9, 2018

Begini Cara Mengatasi Campak Yang Parah Pada Anak


mengatasi campak pada anak
Ruam-ruam merah pada campak mulai muncul
dari belakang telinga, leher, hingga ke seluruh badan.

Apa kabar Bunda? Semoga sehat selalu ya Bun. Saya mau cerita dulu nih Bun, tentang pengalaman saya merawat anak yang kena campak. Sebelum mengenal penyakit campak yang disebabkan infeksi virus Rubella, saya anteng aja Bun, saat anak saya yang berumur 2 tahun demam dan batuk pilek. Saya pikir ya demam biasa aja Bun. Jadi saya kasih parasetamol aja Bun untuk menurunkan demamnya.

Saya memang membiasakan untuk memantau kondisi anak selama 2-3 hari hanya dengan memberikan makanan yang cukup, asupan cairan yang banyak, serta obat penurun panas saja jika demamnya tinggi. Masuk hari kedua, mulai muncul ruam-ruam merahnya dari telinga bagian belakang hingga leher sebelah kiri.

Nah, sebenarnya melihat gejala ini, saya udah mulai curiga sih Bun, jangan-jangan anak saya kena campak. Mengingat, anak tetangga saya baru seminggu lalu juga kena campak, dan anak saya sering bermain dengan anak tetangga tersebut. Namun, karena saya melihat anak tetangga baik-baik saja dengan tubuh penuh ruam, ya udah saya juga santai aja saat ruam-ruam di tubuh anak mulai menyebar ke dada.

Di hari ketiga, saat bangun pagi, saya melihat mata anak saya bengkak dan merah. Aduh Bund, saya benar-benar panik. Saya langsung izin nggak masuk kerja dan mengajak suami saya membawa anak kami ke dokter spesialis anak. Setelah melihat kondisi anak saya, diduga kuat campak, dan harus dirawat di ruang khusus. Akhirnya, kami yang hanya mendapat fasilitas asuransi untuk rawat inap di kelas III, terpaksa naik kelas I karena ruang isolasinya penuh pasien.

Campak bisa terjadi komplikasi

Setelah dipasang infus, pihak medis langsung mengambil satu ampul darah anak saya untuk diperiksa di laboratorium. Dari penjelasan dokter spesialis saya baru tahu Bund ternyata komplikasi campak sangat berbahaya, seperti bisa kejang,  juga bisa menderita infeksi mata yang bisa berdampak kepada buta permanen, infeksi telinga tengah, infeksi saluran nafas dan  paru-paru.

 Bahkan, pada kondisi daya tahan tubuh anak sangat lemah, komplikasi meningitis (radang selaput otak dan saraf tulang belakang), ensefalitis (infeksi otak), dan hepatitis atau infeksi hati juga bisa menyerang.

Saya berusaha menenangkan hati dan pikiran yang terus bergejolak melihat kondisi anak saya yang terus demam tinggi. Bahkan, saat di rawat di rumah sakit, demam anak saya susah turun. Matanya bengkak dan merah. Ruam-ruam semakin banyak, hingga ke telapak tangan dan telapak kaki. “Tenang ya Nak, ini Mama disini, nggak apa-apa, mama kompres ya,” aku segera mengambil handuk kompres dan membasahinya dangan air angat. Anak saya hanya bergumam “ Mama..mama..mama,” sambil berusaha memeluk tubuh saya.

Akhirnya saya berbaring disamping anak saya sambil memindahkan kompres ke bagian-bagian tubuh yang terasa panas. Handuk kompres itu aku tempelkan ke kepala, ketiak, punggung dan perut anak saya secara bergantian agar suhu tubuhnya turun secara merata.

Sorenya dokter kembali berkunjung. Saya langsung menanyakan kenapa demam anakku tidak turun-turun. “Tidak apa-apa Bu, Ibu tidak usah panik, saya sudah kasih obat anti virus. Kalau panasnya tinggi panggil suster aja ya Bu, nanti kita kasih obat penurun panas sekali empat jam, dan dibantu kompres ya Bu,” ujar dokter muda tersebut.

Dokter sempat menyakan apakah anak saya sudah pernah mendapat vaksin campak/rubella, saya jawab belum. Sebab dulu, waktu jadwal vaksin campak, anak saya dalam kondisi sakit sehingga tidak saya izinkan untuk vaksin, khawatir tubuhnya tidak kuat menampung virus rubella yang dilemahkan, malah nanti justru kena sakit campak.

“Oh pantas agak parah Bu, jadi kalau semakin banyak ruam yang keluar menunjukkan daya tahan tubuh anak lemah. Biasanya kalau anak-anak yang sudah mendapat vaksin campak, ruamnya tidak sampai ke seluruh tubuh seperti ini. Tidak apa-apa, ini anak Ibu sudah ada pada tempat yang tepat,” kata dokter itu yang membuat saya tenang.

Gali  Informasi  Tentang  Campak

Sambil menunggu anak saya di rumah sakit, saya mulai searching di internet tentang virus Rubella ini. Ternyata, virus Rubella memang lebih banyak menyerang anak-anak dan remaja. Bahkan, WHO mencatat pada 2016 terjadi lebih dari 800 kasus Rubella di Indonesia. Penularannya juga sangat mudah melalui air liur, dan percikan saat batuk atau bersin. Virus ini sangat mudah menyebar melalui udara. Hmm, berarti benar, kemungkinan anakku tertular dari anak tetangga yang juga kena campak.

Nah, gejala campak ini memang sangat mirip dengan gejala batuk pilek, yaitu demam, wajah pucat, lemah, sakit kepala, hidup tersumbang/pilek, tidak nafsu makan dan nyeri perdendian otot. Gejala yang agak membedakan yaitu pada hari berikutnya akan mulai muncul ruam merah dari telinga bagian belakang dan leher, terus ke seluruh tubuh, mata merah dan bengkak, serta terjadi pembengkakak kelenjar limfa pada telinga dan leher.

Bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya baik, penyakit campak ini tidak memerlukan penanganan medis khusus. Cukup dengan rawat jalan, dokter akan memberikan obat anti virus, penurun demam, dan vitamin untuk dimakan sesuai dosis yang dianjurkan dokter. Namun, bagi anak yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, seperti kasus anak saya ini, sebaiknya segera bawa berobat ke dokter agar tidak terjadi komplikasi yang berdampak fatal bagi anak.

Nah, untuk perawatannya, Ibu hanya perlu menjaga agar anak benar-benar istirahat/ tirah baring di atas tempat tidur, menjaga asupan cairan untuk mencegah dehidrasi. Walaupun anak merasa sudah agak baikan setelah minum obat, sebaiknya anak tidak diperbolehkan dulu bermain dengan teman-temannya karena virus ini masih dapat menular. Pastikan anak benar-benar sembuh dulu baru kembali ke aktivitas biasa, seperti sekolah dan bermain di luar rumah.

Untuk pencegahan bisa dilakukan dengan pemberian vaksin MR, direkomendasikan pada anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun, dan diberikan melalui suntikan pada jaringan lemak (subkutan) lengan atas. Vaksin MR ini diberikan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat anak duduk di bangku kelas 1 SD, yaitu sekitar usia 6 tahun.

Selain vaksin, pencegahan penularan virus Rubella dapat dilakukan dengan menghindari kontak denga penderita campak, menjaga kebersihan diri dengan membiasakan mencuci tangan pakai sabun setelah buang air, usai bepergian, dan ketika hendak makan. Selain itu, juga sangat penting untuk menjaga sanitasi lingkungan, pastikan rumah dan halaman dalam kondisi bersih, gunakan pel lantai anti kuman, serta menjaga sirkulasi udara dan cahaya masuk ke dalam rumah.



Blog ini tempat berbagi informasi dan inspirasi dari penulis

This Is The Oldest Page


EmoticonEmoticon