Apa kabar Bunda? Semoga sehat selalu ya Bun. Saya
mau cerita dulu nih Bun, tentang pengalaman saya merawat anak yang kena campak.
Sebelum mengenal penyakit campak yang disebabkan infeksi virus Rubella, saya anteng aja Bun, saat anak saya yang
berumur 2 tahun demam dan batuk pilek. Saya pikir ya demam biasa aja Bun. Jadi
saya kasih parasetamol aja Bun untuk menurunkan demamnya.
Saya memang membiasakan untuk memantau kondisi
anak selama 2-3 hari hanya dengan memberikan makanan yang cukup, asupan cairan
yang banyak, serta obat penurun panas saja jika demamnya tinggi. Masuk hari
kedua, mulai muncul ruam-ruam merahnya dari telinga bagian belakang hingga
leher sebelah kiri.
Nah, sebenarnya melihat gejala ini, saya udah
mulai curiga sih Bun, jangan-jangan anak saya kena campak. Mengingat, anak
tetangga saya baru seminggu lalu juga kena campak, dan anak saya sering bermain
dengan anak tetangga tersebut. Namun, karena saya melihat anak tetangga
baik-baik saja dengan tubuh penuh ruam, ya udah saya juga santai aja saat
ruam-ruam di tubuh anak mulai menyebar ke dada.
Di hari ketiga, saat bangun pagi, saya melihat
mata anak saya bengkak dan merah. Aduh Bund, saya benar-benar panik. Saya
langsung izin nggak masuk kerja dan mengajak suami saya membawa anak kami ke
dokter spesialis anak. Setelah melihat kondisi anak saya, diduga kuat campak,
dan harus dirawat di ruang khusus. Akhirnya, kami yang hanya mendapat fasilitas
asuransi untuk rawat inap di kelas III, terpaksa naik kelas I karena ruang
isolasinya penuh pasien.
Campak
bisa terjadi komplikasi
Setelah dipasang infus, pihak medis langsung
mengambil satu ampul darah anak saya untuk diperiksa di laboratorium. Dari
penjelasan dokter spesialis saya baru tahu Bund ternyata komplikasi campak sangat
berbahaya, seperti bisa kejang, juga
bisa menderita infeksi mata yang bisa berdampak kepada buta permanen, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran nafas dan
paru-paru.
Saya berusaha menenangkan hati dan pikiran yang
terus bergejolak melihat kondisi anak saya yang terus demam tinggi. Bahkan,
saat di rawat di rumah sakit, demam anak saya susah turun. Matanya bengkak dan
merah. Ruam-ruam semakin banyak, hingga ke telapak tangan dan telapak kaki. “Tenang
ya Nak, ini Mama disini, nggak apa-apa, mama kompres ya,” aku segera mengambil
handuk kompres dan membasahinya dangan air angat. Anak saya hanya bergumam “
Mama..mama..mama,” sambil berusaha memeluk tubuh saya.
Akhirnya saya berbaring disamping anak saya
sambil memindahkan kompres ke bagian-bagian tubuh yang terasa panas. Handuk
kompres itu aku tempelkan ke kepala, ketiak, punggung dan perut anak saya
secara bergantian agar suhu tubuhnya turun secara merata.
Sorenya dokter kembali berkunjung. Saya langsung
menanyakan kenapa demam anakku tidak turun-turun. “Tidak apa-apa Bu, Ibu tidak
usah panik, saya sudah kasih obat anti virus. Kalau panasnya tinggi panggil
suster aja ya Bu, nanti kita kasih obat penurun panas sekali empat jam, dan
dibantu kompres ya Bu,” ujar dokter muda tersebut.
Dokter sempat menyakan apakah anak saya sudah
pernah mendapat vaksin campak/rubella, saya jawab belum. Sebab dulu, waktu
jadwal vaksin campak, anak saya dalam kondisi sakit sehingga tidak saya izinkan
untuk vaksin, khawatir tubuhnya tidak kuat menampung virus rubella yang
dilemahkan, malah nanti justru kena sakit campak.
“Oh pantas agak parah Bu, jadi kalau semakin
banyak ruam yang keluar menunjukkan daya tahan tubuh anak lemah. Biasanya kalau
anak-anak yang sudah mendapat vaksin campak, ruamnya tidak sampai ke seluruh
tubuh seperti ini. Tidak apa-apa, ini anak Ibu sudah ada pada tempat yang
tepat,” kata dokter itu yang membuat saya tenang.
Gali Informasi Tentang Campak
Sambil menunggu anak saya di rumah sakit, saya
mulai searching di internet tentang
virus Rubella ini. Ternyata, virus Rubella memang lebih banyak menyerang
anak-anak dan remaja. Bahkan, WHO mencatat pada 2016 terjadi lebih dari 800
kasus Rubella di Indonesia. Penularannya juga sangat mudah melalui air liur, dan
percikan saat batuk atau bersin. Virus ini sangat mudah menyebar melalui udara.
Hmm, berarti benar, kemungkinan
anakku tertular dari anak tetangga yang juga kena campak.
Nah, gejala
campak ini memang sangat mirip dengan gejala batuk pilek, yaitu demam, wajah
pucat, lemah, sakit kepala, hidup tersumbang/pilek, tidak nafsu makan dan nyeri
perdendian otot. Gejala yang agak membedakan yaitu pada hari berikutnya akan
mulai muncul ruam merah dari telinga bagian belakang dan leher, terus ke
seluruh tubuh, mata merah dan bengkak, serta terjadi pembengkakak kelenjar
limfa pada telinga dan leher.
Bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya baik,
penyakit campak ini tidak memerlukan penanganan medis khusus. Cukup dengan rawat
jalan, dokter akan memberikan obat anti virus, penurun demam, dan vitamin untuk
dimakan sesuai dosis yang dianjurkan dokter. Namun, bagi anak yang daya tahan
tubuhnya sedang lemah, seperti kasus anak saya ini, sebaiknya segera bawa
berobat ke dokter agar tidak terjadi komplikasi yang berdampak fatal bagi anak.
Nah, untuk perawatannya, Ibu hanya perlu menjaga
agar anak benar-benar istirahat/ tirah baring di atas tempat tidur, menjaga
asupan cairan untuk mencegah dehidrasi. Walaupun anak merasa sudah agak baikan
setelah minum obat, sebaiknya anak tidak diperbolehkan dulu bermain dengan
teman-temannya karena virus ini masih dapat menular. Pastikan anak benar-benar
sembuh dulu baru kembali ke aktivitas biasa, seperti sekolah dan bermain di
luar rumah.
Untuk pencegahan bisa dilakukan dengan pemberian vaksin MR, direkomendasikan
pada anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun, dan diberikan melalui
suntikan pada jaringan lemak (subkutan) lengan atas. Vaksin MR ini diberikan
pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat anak duduk di bangku kelas 1 SD, yaitu
sekitar usia 6 tahun.
Selain vaksin, pencegahan penularan virus Rubella dapat dilakukan dengan menghindari
kontak denga penderita campak, menjaga kebersihan diri dengan membiasakan
mencuci tangan pakai sabun setelah buang air, usai bepergian, dan ketika hendak
makan. Selain itu, juga sangat penting untuk menjaga sanitasi lingkungan,
pastikan rumah dan halaman dalam kondisi bersih, gunakan pel lantai anti kuman,
serta menjaga sirkulasi udara dan cahaya masuk ke dalam rumah.
EmoticonEmoticon