Sunday, May 13, 2018

Dokter California Resepkan Makanan Sebagai Obat

makanan sebagai obat
Dokter California meresepkan makanan dengan nutrisi tepat kepada
pasien penyakit kronis sebagai obat.

Tanganku masih terus berselancar mencari artikel-artikel kesehatan yang terbaik, tidak hanya untuk ditulis dan dibagi di blogku sehatgeg.blogspot.com, tapi yang terpenting adalah menjadi wawasan dan inspirasi bagi diriku sendiri.

Ups, dari sekian banyak artikel dan berita yang diposting baru-baru ini, akhirnya ketemu berita tentang program dari Divisi Koalisi Makanan-Obat California dimana para dokter meresepkan makanan sebagai obat serta menjaga asupan nutrisi pasien di luar rumah sakit.

Jujur, aku langsung membayangkan, jika saja Indonesia mengadopsi program yang brilian ini, saya yakin ini dapat menekan angka penyakit tidak menular di masyarakat. Sebab, sebagian besar masalah penyakit tidak menular adalah asupan nutrisi yang salah.

Berita ini diterbitkan di website http://www.cookinglight.com , 10 Mei 2018, dengan judul Doctors in California Are Prescribing Food as Medicine, and It's Keeping Patients out of Hospitals.

Dalam artikel tersebut dijelaskan, bahwa banyak masyarakat yang sudah sadar makanan sehat dapat mencegah banyak penyakit, tetapi tidak banyak yang memiliki pengetahuan dan wawasan tentang nutrisi yang tepat, terutama bagi para pasien yang menderita penyakit kronis.

Oleh karena itu, para dokter di California meresepkan nutrisi yang tepat bagi pasien dengan penyakit kronis seperti jantung, stroke dan diabetes untuk mengurangi perawatan intensif yang mahal di rumah sakit.


Dilansir dari Huffington Post, program pilot project yang didanai enam organisasi nirlaba ini memberikan makanan diet yang sangat sangat pesifik sesuai resep dokter secara gratis kepada para pasien penyakit kronis dari kalangan ekonomi rendah.

Untuk saat ini, program percontohan akan beroperasi selama tiga tahun ke depan dan menyediakan makanan yang disesuaikan secara medis selama 12 minggu untuk 1.000 orang yang menderita gagal jantung kongestif. 


Para pasien akan menerima sarapan pagi, makan siang, dan makan malam yang diawasi dengan saksama, serta dua kali kunjungan ke rumah oleh ahli diet terdaftar.

Pasien yang menderita gagal jantung kongesif hanya boleh mengonsumsi sekitar 2 mg sodium (garam)  setiap harinya—jumlah tersebut kurang dari satu sendok teh garam. Ini tentunya menjadi tantangan yang cukup berat, terutama bagi pasien yang hidup dengan penghasilan terbatas.

Program ini mencontoh keberhasilan program lembaga nonprofit MANNA di Philadelphia yang berhasil menekan biaya medis bulanan pasien penyakit kronis mencapai 50%.

Lembaga nirlaba MANNA  menyediakan makanan sehat yang diresepkan secara medis kepada masyarakat penderita penyakit serius di 18 negara bagian di seluruh negara.

Para peneliti kemudian melakukan studi secara ketat memantau biaya medis dari klien MANNA yang mengonsumsi makanan yang ditargetkan, dan membandingkannya dengan pasien berpenghasilan rendah lainnya dengan penyakit serupa yang tidak menerima makanan gratis.

Mereka yang mengonsumsi makanan yang ditentukan dan diawasi memiliki biaya medis bulanan lebih rendah 50%. Perjalanan ke rumah sakit juga dipangkas secara dramatis — termasuk rawat inap di rumah sakit.


Studi ini juga  menemukan bahwa mereka yang makan makanan sehat 23% lebih mungkin untuk pulang dari kunjungan rumah sakit  daripada membutuhkan perawatan jangka panjang.

Program yang sangat brilian dan sangat mungkin dijalankan di Indonesia. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan bisa menggandeng lembaga nonprofit untuk memberikan makanan sehat spesifik bagi para pasien penyakit kronis.

Tentunya ini akan mendukung Program Promosi Kesehatan dan meningkatkan edukasi kepada masyarakat tentang menu-menu yang tepat bagi pasien penyakit kronis yang dirawat di rumah.

Semoga, suatu saat program ini hadir di Indonesia....()






Blog ini tempat berbagi informasi dan inspirasi dari penulis

1 komentar so far

Thanks for sharing..
Kunjungi juga http://bit.ly/2JNya8h


EmoticonEmoticon