Monday, March 5, 2018

Waspada ! Ternyata Stres Menular


Stres Menular
Stres menular dari satu orang kepada orang lain saat mereka saling bertemu.


Suasana tenang di pagi hari, matahari bersinar cerah, Anda dan keluarga sarapan pagi bersama dengan menu kesukaan. Rumah bersih dan wangi sambil melepas anak-anak berangkat sekolah. Suasana yang sangat menyenangkan dan menenangkan bukan?

Setelah semua berjalan baik dan tenang, tiba-tiba istri Anda mengajak Anda ke kamar, bicara empat mata tentang tagihan-tagihan yang harus dibayar bulan ini, atau tiba-tiba rekan kerja Anda menelpon ingin ‘curhat’ tentang tekanan kerja yang diberikan Bosnya di kantor. Pada saat itu, tanpa sadar, Anda mengucapkan selamat tinggal kepada ketenangan dan menyapa ‘helo’ kepada pusat stres.

Yups, stres menular! Menurut salah satu studi terbaru di Universitas Calgary, dampak yang paling buruk dari penularan stres ini adalah perubahan yang terjadi kepada otak Anda. Hasil penelitian ini dipublikaskan di Jurnal Nature Neuroscience, Maret 2018.


Para peneliti melakukan percobaan pada dua tikus yang bersaudara, satu betina dan satu jantan. Kedua tikus ditempatkan di kandang yang terpisah. Tikus jantan ditempatkan di kandang dengan suasana santai dan nyaman, sedangkan tikus betina diberi perlakukan tertentu hingga menderita stres.

Kemudian, tikus yang mengalami stres dipertemukan kembali dengan saudaranya yang berada dalam suasana tenang. Dari hasil pertemuan mereka tersebut, para periset menemukan terjadi tranmisi sinyal stres atau feronom dari satu tikus ke tikus yang lain.

Sejumlah penelitian terdahulu telah menyoroti dampak stres kronis terhadap hippocampus, yaitu bagian otak yang berperan kepada kegiatan mengingat (memori) dan belajar (learning).

Pembentukan formasi memori yang tepat terjadi ketika hubungan antara neurons di hippocampus diperkuat sepanjang waktu, proses ini disebut dengan potensiasi jangka panjang atau long-term potentiation (LTP). Sementara, tekanan yang berkepanjangan melemahkan hubungan antar neurons sehingga menurunkan  LTP dan mengurangi memori.


Penelitian ini menemukan bahwa efek hippocampus itu tidak hanya terjadi pada tikus yang mengalami stres, tapi juga terjadi pada tikus lain yang dipertemukan dengan tikus stres.

“Perubahan neuron perespon stres di hippocampus tikus yang mengalami stres identik dengan tikus yang awalnya tidak mengalami stres,” ujar penulis studi Toni-Lee Sterley, seperti yang dikutip  dari Medical News Today. Artinya, tikus stres menularkan stresnya kepada tikus yang tidak stres.

Namun, ada kabar baik untuk perempuan, dari penelitian tersebut ditemukan bahwa tikus betina yang tertular stres dari tikus lainnya mampu membalikkan efek pada otak mereka lewat bergaul dengan tikus lain yang  tidak tertekan. Namun, kemampuan ini tidak tidak ditemukan pada tikus jantan. (R)


Blog ini tempat berbagi informasi dan inspirasi dari penulis


EmoticonEmoticon